
Suasana Kantor Badan Riset dan Inovasi Nasional di Jakarta, 12 Januari 2022. Tempo/Tony Hartawan
ASN Gelar Demo – Sejumlah Aparatur Sipil Negara (ASN) yang bekerja di lingkungan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menggelar aksi demonstrasi di depan kantor mereka. Aksi ini mencuri perhatian publik karena melibatkan pegawai negeri sipil yang selama ini dikenal patuh terhadap sistem birokrasi. Kepala BRIN akhirnya angkat bicara untuk menjelaskan duduk perkara yang memicu aksi ini.
Latar Belakang Aksi Demo ASN BRIN
Ketidakpuasan Terhadap Restrukturisasi
Aksi demo ini dilatarbelakangi oleh kebijakan restrukturisasi internal yang dilakukan BRIN. Sejak penggabungan sejumlah lembaga riset ke dalam BRIN, terjadi perombakan organisasi yang cukup besar. Proses ini menimbulkan berbagai dinamika, termasuk pergeseran posisi, perubahan sistem kerja, hingga penghapusan beberapa unit yang selama ini dianggap penting oleh pegawai.
Banyak ASN merasa kebijakan tersebut tidak melibatkan aspirasi pegawai. Mereka mengeluhkan kurangnya komunikasi yang terbuka antara pimpinan dan staf, serta minimnya kejelasan soal masa depan karier mereka dalam struktur baru BRIN.

Isu Pemindahan dan Nonaktifkan Pegawai
Salah satu isu utama yang memicu demo adalah rencana pemindahan pegawai ke unit atau lokasi yang berbeda tanpa dialog. Tidak sedikit ASN yang merasa pemindahan ini dilakukan secara sepihak, tanpa mempertimbangkan latar belakang kompetensi atau kondisi pribadi pegawai. Bahkan, ada beberapa yang mengaku telah dinonaktifkan sementara tanpa penjelasan yang memadai.
Pemangkasan Tunjangan Kinerja
Di sisi lain, muncul pula keluhan soal pemangkasan tunjangan kinerja (tukin). Dalam struktur baru, beberapa pegawai menyebut terjadi penurunan nilai tukin mereka, meski beban kerja tetap sama atau bahkan bertambah. Hal ini memicu rasa ketidakadilan dan memunculkan keresahan di kalangan pegawai.

Jalannya Aksi dan Tuntutan Demonstran
Aksi Damai dengan Poster dan Orasi
Aksi unjuk rasa yang berlangsung di halaman kantor pusat BRIN itu dilakukan secara damai. Para ASN membawa poster dan spanduk bertuliskan tuntutan mereka. Di antara tulisan yang terlihat, beberapa menyuarakan “Kembalikan Hak Kami”, “Stop Pemindahan Sepihak”, dan “Transparansi dalam Restrukturisasi”.
Orasi dilakukan bergantian oleh perwakilan ASN dari berbagai unit. Mereka menekankan pentingnya keadilan, transparansi, dan dialog dalam pengambilan keputusan yang menyangkut masa depan mereka sebagai abdi negara.
Tuntutan Utama
Ada beberapa poin utama yang menjadi tuntutan para ASN dalam aksi ini:
- Transparansi restrukturisasi: Pegawai menuntut keterbukaan informasi terkait peta jalan restrukturisasi BRIN, termasuk dampaknya terhadap jabatan dan status kepegawaian mereka.
- Penghentian pemindahan sepihak: Demonstran meminta proses pemindahan pegawai dilakukan dengan prinsip keadilan, melibatkan dialog, dan mempertimbangkan aspek kemanusiaan.
- Evaluasi pemangkasan tukin: ASN berharap pemerintah atau BRIN dapat mengkaji ulang sistem tunjangan kinerja yang dianggap tidak adil.
- Keterlibatan pegawai dalam kebijakan: Para pegawai meminta adanya forum tetap atau perwakilan yang dilibatkan dalam setiap pengambilan kebijakan internal.
Tanggapan Kepala BRIN
Menanggapi Aksi dengan Terbuka
Kepala BRIN, Dr. Laksana Tri Handoko, akhirnya memberikan pernyataan resmi menanggapi aksi demo yang dilakukan oleh para ASN tersebut. Dalam konferensi pers yang digelar sehari setelah aksi, ia menegaskan bahwa pihaknya terbuka terhadap aspirasi pegawai.
“Kami memahami ada keresahan. Namun perlu kami sampaikan bahwa semua kebijakan dilakukan demi efektivitas dan efisiensi kerja lembaga riset yang kini menjadi satu kesatuan,” ujar Handoko.
Alasan Restrukturisasi
Handoko menjelaskan bahwa restrukturisasi merupakan bagian dari mandat pemerintah untuk menyatukan lembaga-lembaga riset negara agar lebih sinergis. Ia menekankan bahwa tujuan utama adalah menciptakan ekosistem riset yang lebih kuat dan terintegrasi.
“Kita ini sedang membangun fondasi riset yang solid, tidak hanya untuk hari ini, tapi untuk 10–20 tahun ke depan. Tentu dalam prosesnya akan ada penyesuaian yang kadang tidak nyaman,” lanjutnya.
Klarifikasi Soal Tukin dan Pemindahan
Terkait isu tukin, Handoko menyebut bahwa sistem penghitungan tunjangan saat ini berbasis kinerja dan bukan bersifat merata. Ia memastikan bahwa jika ada kekeliruan atau ketidaksesuaian dalam perhitungan tukin, maka pegawai dapat melaporkan untuk ditindaklanjuti.
Sementara untuk pemindahan pegawai, ia menegaskan bahwa BRIN akan memperbaiki mekanismenya agar lebih komunikatif dan manusiawi. “Kami sedang menyusun standar prosedur baru untuk penempatan dan rotasi. Intinya, kami tidak ingin ada ASN yang merasa terbuang atau tidak dihargai,” tegasnya.

Respons Publik dan Pemerhati Kebijakan
Dukungan dan Kritikan
Aksi ini memicu reaksi beragam dari masyarakat. Di media sosial, banyak netizen yang memberikan dukungan kepada para ASN BRIN. Mereka menganggap bahwa pegawai negeri juga berhak menyuarakan keresahan dan memperjuangkan keadilan.
Namun, tidak sedikit pula yang mengkritik aksi tersebut. Beberapa pihak menganggap ASN seharusnya menyelesaikan persoalan internal melalui mekanisme birokrasi, bukan dengan turun ke jalan. Ada juga yang menganggap aksi ini menunjukkan lemahnya komunikasi internal di BRIN.
Pendapat Pengamat Kebijakan
Pengamat kebijakan publik dari Universitas Indonesia, Prof. Dwi Santoso, mengatakan bahwa aksi ASN ini menjadi sinyal penting bagi pemerintah. Ia menyebut bahwa reformasi birokrasi harus disertai dengan partisipasi aktif dari pegawai, bukan hanya top-down.
“Restrukturisasi tidak bisa hanya dilihat dari sisi efisiensi, tetapi juga dari aspek humanis. ASN bukan robot, mereka punya perasaan, harapan, dan masa depan yang perlu dihargai,” ujarnya.
Kesimpulan: Momen Refleksi Birokrasi Modern
Aksi demo oleh ASN BRIN adalah cermin dari dinamika transformasi birokrasi di Indonesia. Di satu sisi, ada semangat reformasi dan penyatuan lembaga untuk memperkuat riset nasional. Di sisi lain, ada realita bahwa setiap perubahan membawa dampak langsung pada manusia yang menjalankannya.
Pernyataan terbuka dari Kepala BRIN adalah langkah awal yang positif. Namun, tantangan ke depan adalah bagaimana menjembatani visi besar lembaga dengan aspirasi pegawai yang menjadi ujung tombak pelaksanaan kebijakan. Dialog, transparansi, dan penghargaan terhadap pegawai adalah kunci untuk memastikan transformasi BRIN berjalan lancar tanpa meninggalkan siapa pun.
Dengan mencermati peristiwa ini, publik dan pemerintah diingatkan bahwa reformasi birokrasi tidak cukup hanya dengan struktur dan kebijakan, tetapi juga harus melibatkan hati dan empati terhadap pegawai yang menjalani prosesnya.